Rabu, 13 Maret 2013

Temuan Audit


Temuan audit
Yaitu masalah-masalah penting (material)  yang ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan dikomunikasikan dengan auditee karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja-ekonomi, efesiensi, dan efektivitas-auditee.

Ciri Temuan Audit yang Baik
Terdapat 3 ciri temuan audit yang dikategorikan baik, yaitu temuan audit, yaitu :
  • Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai
  • Temuan audit harus penting (Material)
  • Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, criteria, dan sebab-akibat)
  1. Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai
Cirri pertama adalah temuan audit seharusnya didukung oleh bukti yang cukup agar auditee dan para pembaca temuan audit menjadi yakin tentang kebenaran isi temuan audit. Semua unsure (kondisi, criteria, dan sebab-akibat) harys didukung oleh bukti yang cukup. Pengembangan temuan audit dengan dukungan bukti yang kuat akan mempermudah penyusunan laporan sekaligus mempermudah penyiapan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan auditee.
  1. Temuan audit harus penting (Material)
Cirri kedua adalah temuan audit harus penting (Material). Penting dan tidaknya seuatu temuan diindikasikan apabila pengguna laporan keuangan mengambil tindakan atau kebijakan berdasarkan informasi yang ada dalam laporan temuan tersebut. Auditor Judgment, yang merupakan pertimbangan professional auditor, juga merupakan factor dominan dalam menetapkan tingkat materialitas atau tingkat pentingnya suatu permasalahan.
  1. Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, criteria, dan sebab-akibat)
Cirri ketiga adalah temuan audit harus meguraikan secara jelas kondisi, criteria, dan sebab-akibat. dalam melaksanakan audit kinerja, kosakata yang paling dikenal dan selalu dicantumkan diingatan auditor adalah kondisi, criteria, dan sebab-akibat. pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kesulitan dalam pembuatan laporan audit yang cepat dan mudah dipahami sering kali berkaitan dengan pengembangan dan pengorganisasian atribut tersebut dalam laporan.
Seringkali sulit membedakan secara jelas penyebab yang paling dominan terhadap suatu kondisi mengingat demikian banyak variable penyebab. Akibat yang ditimbulkan oleh penyebab tersebut juga dapat bervariasi. Untuk itu, auditor dituntut untuk cermat dalam menentukan hubungan sebab-akibat dalam suatu temuan audit serta menentukan penyebab yang paling dominan.
Adapun komponen temuan audit :
  1. Kondisi
Kondisi (what is) adalah gambaran situasi yang sebenarnya terjadi di lembaga atau organisasi yang diaudit.
  1. Criteria
Criteria (What should be) adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di organisasi yang diaudit (auditee), yang pada umumnya berupa standar masukan (input) serta standar proses kerja dan standar hasil (output), baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Criteria adalah standar yang digunakan untuk menentukan apakah suatu program dapat mencapai atau melebihi harapan. Criteria merupakan suatu alat atau cara untuk dapat memahami hasil audit.
  1. Sebab-akibat
Sebab
Dengan mengetahui “sebab” suatu masalah secara jelas, auditor akan lebih mudah membuat rekomendasi yang tepat untuk mengadakan perbaikan kinerja entitas yang diaudit. Suatu masalah dapat merupakan akibat dari sejumlah factor tertentu. Oleh karena itu, rekomendasi dapat lebih tepat jika auditor dapat dengan jelas menunjukkan bukti dan alas an tentang kaitan antara masalah yang ada dengan factor yang identifikasi sebangai penyebab.
“Sebab” dapat terjadi diluar kendali auditee. Untuk itu, rekomendasi harus menjadi perhatian pihak-pihak luar auditee, yang terkait dengan temuan tersebut. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terkait harus mendapat laporan audit, khususnya yang menyangkut temuan audit, untuk kemudian member komentarnya.

Akibat
Untuk mengetahui penting tidaknya temuan yang diungkapkan, auditor perlu menetukan “akibat” atau kemungkinan akibat yang timbul. Apabila akibatnya cukup material terhadap tingkat pencapaian kinerja, akibat tersebut harus dicantumkan dalam temuan audit. Sebaliknya, bila temuan tersebut tidak material dan tidak berpengaruh maka cukup diselesaikan dengan pihak pelaksana, dengan sepengetahuan pimpinan auditee dan tidak perlu dicantumkan dalam temuan audit. “Akibat” dapat dikuantifikasikan, misalnya biaya-biaya proses, input, atau fasilitas-fasilitas tidak produktif lainnya yang mahal. Akibat juga dapat bersifat kulalitatif, misalnya akibat dari tidak adanya internal control, kebijakan yang tidak baik, sdb.
“Akibat” suatu temuan harus dapat menunjukkan bahwa suatu tindakan perbaikan harus dilakukan, baik yang dapat terjadi di masa lampau, dimasa kini atau dimasa mendatang.


  1. BUKTI AUDIT
2.1 KECUKUPAN BUKTI AUDIT
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:

1. Materialitas. Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan pun akan semakin sedikit.

2. Risiko Audit. Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih banyak.

3. Faktor-faktor Ekonomi. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang akan digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas.
Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.

4. Ukuran dan Karakteristik Populasi. Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.


2.2 KOMPETENSI BUKTI AUDIT
Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal entitas. Semakin efektif pengendalian internal entitas, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada faktor berikut:

1. Relevansi Bukti. Relevansi berarti bahan bukti harus berkaitan dengan tujuan audit yang telah ditetapkan auditor. Dengan demikian, jika tujuan audit adalah untuk memeriksa keberadaan persediaan, auditor dapat memperoleh bukti dengan cara mengobservasi perhitungan fisik persediaan.

2. Sumber Informasi Bukti. Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar entitas yang independen merupakan bukti yang paling tepat dipercaya. Bukti semacam ini memberikan tingkat keyakinan atas keandalan yang lebih besar daripada bukti yang diperoleh dari internal entitas.

3. Ketepatan Waktu. Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti audit. Ketepatan waktu sangat penting, terutama dalam melakukan verifikasi atas aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit terkait karena berkaitan dengan apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang diperoleh mendekati tanggal neraca lebih kompeten dibanding bukti yang diperoleh jauh dari tanggal neraca.

4. Objektivitas. Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliabel dan kompeten daripada bukti audit yang bersifat subjektif.
Berikut merupakan bagan derajat kompetensi suatu bukti audit :
Jenis-jenis bukti penguat
  • Bukti Analitis:
meliputi perbandingan antara dua periode berjalan pada perusahaan klien; perbandingan ini digunakan untuk inferensi mengenai kewajaran asersi-asersi laporan keuangan.
  •  Bukti Dokumen:
meliputi berbagai dokumen sumber baik yang dibuat oleh pihak luar maupun intern perusahaan
  • Konfirmasi:
merupakan jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga yang dinilai mengetahui atas permintaan untuk memberikan informasi yang sesungguhnya
  • Bukti Lisan
berbagai jawaban lisan atas semua pertanyaan yang diajukan kepada pejabat/karyawan perusahaan/pihak lainnya.
  • Bukti Fisik
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berwujud.
  • Bukti Elektronik
menyangkut semua informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan elektronik yang digunakan auditor utk merumuskan satu pendapat mengenai suatu asersi


Siklus Pelaporan Audit
Sangat diharapkan bahwa selama serangkaian audit, kerangka kerja laporan akhir dikembangkan sehinga informasi yang dibutuhkan diperoleh secara tepat waktu. Ini akan menghindari penundaan dalam proses penulisan laporan. Temuan penting dan sensitive sebaiknya dibagi dengan manajer yang bertanggung jawab segera setelah verifikasi dengan staf audit; laporan memo dapat digunakan dalam proses ini. Temuan tersebut dilengkapi, dimasukan dalam bagian yang tepat dari laporan. Laporan audit merupakan suatu proses itu sendiri, yang dimulai dengan identifikasi temuan, penyusunan draft laporan, diskusi temuan dengan orang-orang yang bersangkutan, tanggapan manajemen terhadap temuan audit dan penerbitan laporan akhir. Fungsi audit internal dapat berubah atau melewati salah satu langkah yang dijelaskan berikut ini sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.
    1. Outline temuan Audit
    2. Penyusunan laporan audit-Draft Pertama
    3. Diskusi dengan klien
    4. Penyusunan draft laporan Audit Akhir
    5. Penutupan konferensi
    6. Penerbitan laporan akhir
 A. Outline temuan Audit
    • Dokumen semua temuan
    • Menentukan apakah ada dukungan yang memadai untuk semua temuan
    • Menentukan apakah ada pola defisiensi, yang bisa berarti perubahan procedural yang diperlukan.
B. Penyusunan Draft Pertama
  • Draft laporan sebaiknya menyatakan bahwa temuan, kesimpulan dan rekomendasi yang ditetapkan adalah bersifat sementara.
  • Draft laporan seharusnya mengikuti format standar.
  • Memastikan bahwa angka-angka dan fakta telah diperiksa dan diperiksa referansi dengan kertas kerja terkait.
  • Mengkaji bawa kertas kerja memberikan dukungan memadai terhadap item penting.
  • Memeriksa nada, ejaan, dan kata sambung.
  • Menerbitkan laporan (bercap “DRAFT”) kepada manajemen untuk diperiksa.
C. Diskusi dengan klien
  • Menentukan apakah manajemen menyadari masalah dan melakukan tindakan perbaikan pada saat yang sama.
  • Seharusnya tidak ada kejutan – segala sesuatu yang terdapat dalam draft sebaiknya telah didiskusikan selama pekerjaan lapangan.
  • Memastikan Anda dapat menemukan dengan mudah dokumentasi pendukung temuan dalam hal ini pertanyaan yang timbul pada pertemuan tersebut.
  • Memastikan penyebab defisiensi/masalah. Cari tahu apa kendala atau pembatasan kekurangan tersebut.
  • Menapatkan komentar klien atas draft laporan, dan ketidakakuratan atau direkomendasi tidak praktis diselesaikan sebisa mungkin.
  • mendapatkan kesepakatan manajemen atas fakta dan kata-kata dari laporan.
  • Meminta manajemen untuk tanggapan tertulis (berikan tanggal jatuh tempo tertentu untuk respon).
D. Penyusunan draft laporan Audit Akhir
  • Pastikan bahwa sudut pendapat manajemen/auditee telah dipertimbangkan.
  • Tentukan apakah laporan ditulis baik dan dengan cara semua penerima yang ditujukan dapat mengerti.
  • Pastikan bahwa staf audit yang menulis laporan setuju dengan perubahan yang dilakukan.
  • Memastikan pendapat manajemen/auditee telah dinyatakan dengan benar dan dibantah dengan memadai, apabila diperlukan.
E. Penutupan konferensi                                                                                              
  • Memberikan manajemen dan staf yang tepat kesempatan yang memadai untuk mempelajari laporan tersebut.
  • Administrator departemen dan manajer memiliki kesempatan untuk memberikan informasi tambahan, temuan pertanyaan, atau kesimpulan tantangan secara informal. Sebagai dasar diskusi tersebut, laporan akhir dapat dimodifiaksi.
  • Mencoba mengantisipasi pertanyaan potensial/konflik.
  • Menanyakan pada manajer dan staf yang tepat apakah mereka memiliki beberapa pertanyaan tentang pendapat atau latar belakang atau proses audit.
  • Biasanya, hanya administrator departemen yang akan dikaji menghadiri konferensi penutupan memperbolehkan pihak-pihak yang lebih berpengaruh dengan pengungkapan laporan yang lebih bebas dan penuh kerahasian mengungkapkan pandangannya, dan memastikan akurasi laporan akhir.
  • Memperoleh perencanaan tindak lanjut saat ini dari manajemen/auditee.
F. Penerbitan laporan akhir
  • Laporan akhir sebaiknya memasukan modifikasi dan perubahan yang didiskusikan dan disepakati pada penutupan konfrensi, apabila diadakan, selain untuk tanggapan tertulis auditee.
  • Tanggapan tertulis auditee akan diperiksa oleh staf auditor dan Supervisor Audit serta dievaluasi secara tertulis, apabila diperlukan.
  • Apabila perbedaan pendapat terjadi setelah draft akhir, laporan akan diterbitkan meskipun dimodifikasi untuk mengambarkan posisi departemen yang diaudit atau manajemen tingkat yang lebih tinggi.
  • Sebelum diterbitkan, laporan akan ditanda tangani oleh semua yang bertangung jawab terhadap audit, yang biasanya Direksi Auditor, Supervisor Audit, dan staf auditor yang sesuai. Semua perubahan terhadap laporan harus didokumenkan dalam berkas pekerjaan dan ditanda tanggani oleh staf auditor, Supervisor Audit dan Direksi Audit.
  • Mencoba untuk memberikan presentasi yang seimbang dengan melibatkan kekuatan khusus departemen atau unit pada staf terpercaya untuk mengoreksi defisiensi yang telah berlalu dan mengenali manajemen superior.
  • Melakukan pembacaan akhir laporan untuk isi, kejelasan, konsistensi dan pemenuhan standard professional.
  • Berkas laporan akhir dalam projek pengikat dan pemeriksaan referansi untuk mendukung kertas kerja audit; memberikan penjelasan untuk komentar terhapus atau berubah secara signifikan sejak draft asli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar